
Keberadaan rayap umumnya diketahui ketika kerusakan sudah terjadi. Kenalilah sedini mungkin gejalanya agar kita bisa segera menanggulanginya. Saat rayap melancarkan aksinya, kerugian besar bisa terjadi. Bangunan yang kuat dan megah sekalipun bisa dibuatnya rubuh.
Albertus A. Windratmo (Tito) dari SANOcare sebuah perusahaan pest control di Bandung, menyebutkan bahwa rayap sebagai hama kecil yang paling berbahaya. Dibandingkan hama pemukiman lain, seperti kecoa, tikus, atau semut, serangan rayap paling mengancam. Alasannya, rayap berkembang biak dengan cepat dan pergerakannya juga sulit dideteksi.
Rayap hidup secara berkoloni dengan anggota keluarga yang terdiri dari ratu, prajurit, dan pekerja. Setiap ratu bisa menetaskan 1.000—50.000 telur per hari. Umur ratu pun bisa mencapai 30 tahun. “Coba Anda bayangkan, betapa cepat pertumbuhan rayap dan betapa cepat pula ia merusak bangunan rumah Anda,” tegas Tito.
Indikasi Serangan
Pernahkah Anda melihat kayu-kayu di rumah Anda sudah mulai kopong dan muncul liang kembara di sekitarnya? Atau pernahkah Anda menemui sekawanan laron acap datang mengerubungi rumah Anda? Jika ini yang Anda alami, saatnya Anda waspada karena tanda-tanda tersebut mengindikasi adanya rayap dan sarangnya di sana.
Liang kembara rayap merupakan jalur rayap berjelajah dari pusat sarang di dalam tanah ke bagian kayu yang diserang. Liang kembara merupakan paduan antara tanah, kotaran, dan air liur rayap. Liang kembara keluar dari permukaan lantai, celah kayu, atau keluar dari retakan tembok.
Seringkali liang kembara tampak memanjang pada permukaan dinding atau hanya berupa bintik tanah kecil saja yang keluar dari celah kayu, nat lantai, lis gipsum plafon, atau retakan tembok. Adanya laron mengindikasikan bahwa tak jauh dari situ ada sarang rayap. Biasanya laron-laron ini keluar dari sarang di awal musim penghujan.
Bila Anda menemukan kusen kayu yang telah rusak parah, itu artinya serangan rayap sudah cukup lama terjadi, dan Anda harus segera melakukan tindakan pengendalian.
Sumber : tabloidrumah.com
(RIVANIE NOVALIA)
Editor: Sukarja
Foto: www.corbis.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar